Sabtu, 31 Januari 2015

BERTAPA DALAM ISLAM


Bertapa dan kebiasaan Nabi
Pernah aku bertanya kepada mbahku tentang berapa lama waktu untuk bertapa. dengan santai beliau menjawab, "satu windu saja".
"haaa, delapan tahun ? lantas apa yang dilakukan disana ?", cacarku.
"berdiam diri, mendekat pada Tuhan, dan memohon apa yang kau pinta".
usut-punya usut, Rasulullah S.A.W pun menjalankan rutinitas bertapa di gua hira sejak sebelum dilantik menjadi Rosul, hanya saja bukan bertapa namanya, tapi "uzlah", begitulan orang menyebutnya.
Beliau juga berdiam-aktiv (bukan diam-pasiv) menanti petunjuk dari Sang Guru Sejati.
wali songo yang menyebarkan Islam ditanah jawa membaca suasana sosio-religi kala itu. Masarakat indonesia khususnya suku jawa yang berdiam di lereng-lereng gunung, di goa-goa, di bebatuan cadas pegunungan, dan dihutan-hutan dikenalkan kepada Allah dan Islam melalui kultur budaya mereka sendiri, salah satunya dengan tradisi bertapa atau semedi.
Hasilnya luarbiasa, masarakat jawa berbondong-bondong masuk islam tanpa paksaan apalagi kekerasan..
namun sayang, ahir-ahir ini banyak orang yang baru belajar agama mengkait-kaitkan aktivitas bertapa ini dengan klenik maupun perdukunan, sampai sampai ada yang menghukumi bertapa sebagai suatu hal yang sesat dan penuh dengan kemusrikan.
Pandai sekali mereka menilai, seakan punya ilmu menerawang hati dan pikiran. Syirik letaknya di dalam hati mas, mbak, di dalam niat; bukan di goa, bukan di batu, bukan di gunung, bukan pula di dalam duduk sila berdiam diri.
banyak yang tidak sadar
betapa banyak orang yang terjebak menjadi musyrik dalam solatnya, betapa banyak orang yang terperosok musyrik puasa ramadannya dan betapa banyak orang yang terperosok musyrik dalam ritual hajinya.
ayo bertapa
Ingin ku kupas lebih jauh hal ini, semoga segera tertuang di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post