Sering sekali dalam kehidupan kita mendengar kata-kata “ikhlas”
Ketika ada orang lain yang kehilangan orang/ barang yang dicintai
Kita bisa menghibur mereka dengan “Ikhlaskan saja....”
Ketika ada orang lain yang gagal dalam ujian
Kita bisa menghibur mereka dengan mengucapkan “yang ikhlas...”
Ketika ada orang lain tertimpa suatu musibah
Kita bisa dengan mudah mengucapkan “ikhlaskan semuanya...”
Namun........
Kejadiannya akan lain jika yang tertimpa sesuatu yang saya katakan “tidak mengenakkan” adalah dirikita sendiri
Misalkan saja......
Ada orang yang meminjam sepeda motor kita kemudian mengembalikannya dalam keadaan bensin habis, atau ban bocor
Masihkah hati kecil kita mengucapkan “saya ikhlas” ?
Ada
orang yang sering sekali meminta bantuan kepada kita, namun orang
tersebut tidak “berfikir” sama sekali untuk membalas atau mengganti
bantuan yang telah kita berikan.
Masihkah hati kecil kita mengucapkan “saya ikhlas” ?
Kita
merupakan satu-satunya orang yang memiliki katakanlah peralatan
memasak. kita tinggal disebuah kos-kosan. ada teman kita yang sering
sekali meminjam peralatan memasak kita tapi tidak ada dalam pikirannya
untuk sekedar “berbasa-basi” menawarkan hasil masakannya kepada kita,
padahal saat itu perut kita sangat lapar sekali.
Masihkah hati kecil kita mengucapkan “saya ikhlas”
Kita
merupakan seorang pengajar “gratis” di suatu desa terpencil sekali yang
berjarak sekitar 30 km dari rumah kita. Ketika kita sampai di sekolah
ternyanya murid murid tidak memperhatikan kita dan malah ribut dengan
sendirinya
Masihkah hati kecil kita berbisik lembut “saya ikhlas, saya sabar”
Sebenarnya dimana to batas batas kewajaran dari ikhlas dan sabar itu ?
Untuk memahami ikhlas dan sabar kita harus mempelajari dulu ilmu yang tak kalah penting, yaitu ilmu “niat”.
Kanjeng nabi muhammad sudah menjelaskan betapa pentingnya niat yang diikrarkan seseorang
Ketika segala sesuatunya kita niatkan karena Allah, maka yang kita harapkanpun hanyalah balasan dari Allah
Ketika
kita sudah pasrah dengan balasan apapun yang akan Allah berikan, kita
nggak boleh dong lancang untuk memilih balasan yang bakal Allah berikan
kepada kita
Yang jelas kita harus percaya kalau Allah bukan pembohong
Allah bukan koruptor
Allah maha adil dan akan selalu setia kepada janji janjinya
Jadi jika anda bertanya kepada saya, seberapa banyak kadar keikhlasan dan kesabaran
Maka akan saya jawab sebanyak “rasa” percaya anda kepada janji janji Allah
Semakin tinggi kepercayaan anda akan janjiNya, maka akan semakin tinggi pula keikhlasan dan kesabaran anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar