Konon, kata "tirakat" yang dikenal sebagai kata-kata tetua orang Jawa diambil dari bahasa Arab "Tarokat" dengan asal kata "taroka-yatruku" yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mempunyai arti meninggalkan, sedangkan kata "tarokat" mampunyai arti orang yang sudah meninggalkan.
Tirakat
merupakan lelaku dan ritual yang bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Yang Maha Esa dengan cara meninggalkan apapun yang disukai dan
dicintai (yang berkaitan dengan keduniawian) demi meraih kedekatan dan
cinta dari Yang Maha Esa.
Pada
dasarnya jiwa manusia cenderung lebih suka melakukan kemaksiatan
dibandingkan dengan melakukan ketaatan kepada ajaran Tuhan. Hal-hal
seperti main (berjudi), ngombe (minum-minuman keras), maling
(mencuri), madat (narkoba), madon (bermain perempuan) memiliki daya
tarik yang sangat kuat untuk menarik siapapun saja yang ,meliriknya
sejak adanya manusia. Bahkan tertulis dalam sejarah manusia bahwa
pembunuhan terhadap manusia pertamakali di dunia penyebabnya adalah
perebutan perempuan.
Dalam bahasa Jawa ada istilah "moh-limo" yang
digunakan oleh Sunan Ampel untuk melakukan merevolusi mental dan juga
memperbaiki akhlaq masyarakat. prinsip Moh Limo yaitu: moh main, moh
ngombe, moh maling, moh madat, moh madon yakni seruan untuk “tidak
berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan
narkotik, dan tidak berzina” hal ini sesuai dengan prinsip tirakat,
yaitu meninggalkan sesuatu yang disukai.
Dalam
perkembangannya tirakat mengalami perubahan tidak hanya meninggalkan
yang Mo-Limo, akan tetapi bertambah banyak lagi yang harus ditinggalkan.
hal ini menunjukkan banyaknya faktor yang menghambat hubungan kedekatan
antara mahluk dengan Tuhan.
Apapun itu, yang menghalangi hubunganmu dengan Tuhan, maka tinggalkan (utruk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar